biasa identik dengan geng motor dan pemalakan

BANYUWANGI Polresta Banyuwangi membekuk tujuh orang kawanan geng motor yang beraksi di malam hari.. Tidak hanya merampas barang berharga milik korban, para pelaku yang masih di bawah umur tersebut juga tega menganiaya korbannya. Baca juga: 7 Anggota Geng Motor di Banyuwangi Ditangkap, 4 Pelaku Masih di Bawah Umur Tak Dalamkonsep yang lebih moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan. Tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam kawanan geng motor. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih bergabung dengan geng motor adalah Lalu mngapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya Dimana, puluhan pemuda yang tergabung dengan geng motor Jembatan Mampang (Jepang) nekat menjarah sebuah distro atau toko pakaian di Depok, Jawa Barat. Menurut Sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar, setidaknya ada lima faktor yang membuat geng motor sulit diatasi. Pertama, kurangnya pendidikan sehingga sulit 1 Pelajar yang mengendarai motor ke sekolah bisa saja mengalami hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan. 2. Dan ketika melakukan penjagaan ketat di beberapa jalur perjalanan. Pihak kapolsek akan menahan. yang tidak mematuhi aturan lalu lintas termasuk para pelajar yang masih dibawah umur. 3. pelajar yang terlalu sering mengendarai motor Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. BANDAR LAMPUNG – Belasan anggota geng motor ditangkap petugas Polresta Bandar Lampung di Jl Duane, Palapa, Tanjungkarang Pusat, Ahad 21/5/2023. Mereka kedapatan tim gabungan sedang mencari lawan tawuran di pinggir yang diperoleh di Polresta Bandar Lampung, Ahad 21/5/2023, sedikitnya ada 16 orang anggota geng motor yang kerap mengganggu ketertiban masyarakat di pinggir jalan. Ke-16 anggota geng motor laki-laki tersebut masih berusia kisaran 12 tahun sampai 23 tahun. “Mereka yang diamankan rata-rata masih pelajar, dan ada yang baru lulus sekolah,” kata Kepala Satuan Samapta Polresta Bandar Lampung Kompol Suwandi dalam keterangan persnya, Ahad 21/5/2023.Menurut dia, tim gabungan Polresta Bandar Lampung menangkap mereka saat sedang mengadakan patroli rutin. Patroli rutin ini untuk mencegah terjadinya tindak kriminalitas C3 curanmor, curat, dan curas, premanisme, balap liar, dan tawuran remaja di jalanan. Saat petugas berpatroli di jalan, terdapat seorang remaja melintas membawa minuman beralkohol. Remaja tersebut langsung diamankan polisi, dan dimintai keterangan. Diketahui, remaja tersebut salah satu anggota geng motor The WOR/TWD. Kelompok geng motor tersebut juga tergabung dalam geng bernama MGR 021 dan penelusuran petugas, anggota geng motor yang ditangkap tersebut, ternyata menyatu lagi dengan geng motor lainnya bernama Poesat Bersatu. Kumpulan geng ini, rencananya akan mencari lawan tawuran di jalan pada saat gabungan Polresta Bandar Lampung, akhirnya melakukan penindakan kepada anggota geng motor yang sudah berkumpul di jalanan. Selain mengamankan 16 remaja, petugas berhasil menyita barang bukti senjata tajam, rantai, bendera geng motor, motor, dan telepon 16 remaja rata-rapat pelajar SMA tersebut dibawa ke Mapolresta Bandar Lampung, untuk diperiksa petugas. Belum ada keterangan resmi terkait keberadaan 16 orang remaja tersebut dari anggota masih menghubungi keluarga anggota geng motor yang kedapatan mau tawuran dengan anggota geng motor lainnya di jalanan Kota Bandar Lampung. Aksi geng motor di Kota Bandar Lampung telah meresahkan warga di jalanan, yang kebetulan pulang malam. “Kalau ada remaja di pinggir jalan mulai takut, karena salah pengertian, sehingga jadi korban tawuran,” kata Ivan 28 tahun, salah seorang warga di Kemiling, Bandar dia, polisi harus terus berpatroli terutama pada malam hari dan hari Sabtu malam sampai Ahad pagi. Anggota geng motor, biasa berkumpul pada malam Ahad, hingga Ahad pagi, yang berdampak pada warga yang pulang pada malam hari jadi khawatir keselamatannya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS identik geng motor pemalakan. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS identik dengan geng motor dan pemalakan. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B - biasa identik dengan geng motor dan pemalakanAnda mungkin sudah tahu bahwa permainan teka-teki silang atau TTS terdiri dari jenis pertanyaan yang sangat beragam. Mulai dari bahasa asing, istilah ilmiah, pengetahuan umum, dan berbagai pertanyaan satu pertanyaan yang sering muncul adalah biasa identik dengan geng motor dan pemalakan. Apakah kamu tahu jawaban yang tepat?Jawaban Biasa Identik dengan Geng Motor dan PemalakanJawaban yang tepat untuk pertayaan biasa identik dengan geng motor dan pemalakan adalah PREMAN. Kata preman berasal dari bahasa Belanda 'Vrijman', yang artinya adalah orang yang tidak terikat kontrak kerja. Sementara, dalam bahasa Inggris istilah preman berasal dari kata 'Free Man' yang artinya orang mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kata preman memiliki beberapa arti sebagai nomina atau kata benda, yaituKepunyaan sendiri tentang kendaraan dan sebagainyaSebutan kepada orang jahat penodong, perampok, pemeras, dan sebagainyaSipil tentang orang, pakaian, dan sebagainya Kata PremanMenurut catatan sejarah, istilah preman pertama kali dikenal dan digunakan di wilayah Medan, Sumatera Utara saat masa kolonial tersebut kemudian melekat pada kaum lelaki yang menolak untuk bekerja di perkebunan milik Belanda dengan alasanya mereka tidak mau diatur oleh dari Jurnal AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 2, No. 2, Juni 2014, istilah preman pada masa penjajahan cuma digunakan di kawasan onderneming, yakni perkebunan di sekitar kota Medan. Keberadaan para vrijman nyatanya dapat menakuti para pengusaha yang berkebangsaan Belanda. Mereka dengan sengaja dikembangkan oleh para pekerja perkebunan untuk dimanfaatkan guna melawan kesewanang-wenangan para pengusaha melalui centeng-centeng yang sikap dan tindakannya sudah dianggap tidak masyarakat saat itu mengalami kesulitan mengucapkan vrijman, lama kelamaan istilah Belanda tersebut berubah menjadi hanya itu alasannya, saat itu ada banyak juga buruh perkebunan yang berasal dari Jawa, maka istilah preman itu pun dimaknai lagi menjadi prei mangan dalam bahasa Jawa yang artinya adalah gratis makan dan minum di warung-warung milik istri pekerja tadi jawaban teka-teki silang untuk pertanyaan biasa identik dengan geng motor dan pemalakan. Semoga ulasan ini membantu kamu menyelesaikan permainan. DNR ArticlePDF Available AbstractThere is a relation that can not be ignored between the synergy of parents and teachers in character education discipline students. Relationships both occur in two directions, on the one hand, synergy parents and teachers play a role in shaping the behaviour of student discipline character. On the other hand, the view of certain disciplinary characters also becomes the catalyst for the emergence of other distinctive characters of discipline. In the context of character education of discipline students in the modern era, synergy of parents and teachers at Madrasah Tsanawiyah Negeri in Klaten District found an extension of synergy between parents and teachers with the phenomenon of disciplinary character education students who worry. While the factors causing the destruction of the character of students in MTN Negeri Klaten district is influenced by teachers and parents, and the education system imposed in the madrasah Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 38 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI ERA MODERN SINERGI ORANG TUA DAN GURU DI MTs NEGERI KABUPATEN KLATEN Sri Hartini UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Srihartini882 ABSTRACT There is a relation that can not be ignored between the synergy of parents and teachers in character education discipline students. Relationships both occur in two directions, on the one hand, synergy parents and teachers play a role in shaping the behaviour of student discipline character. On the other hand, the view of certain disciplinary characters also becomes the catalyst for the emergence of other distinctive characters of discipline. In the context of character education of discipline students in the modern era, synergy of parents and teachers at Madrasah Tsanawiyah Negeri in Klaten District found an extension of synergy between parents and teachers with the phenomenon of disciplinary character education students who worry. While the factors causing the destruction of the character of students in MTN Negeri Klaten district is influenced by teachers and parents, and the education system imposed in the madrasah. Keyword Character Education, Discipline, Parent and Teacher Synergy A. Pendahuluan Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendidik anak-anak dan menjadikannya sebagai masyarakat yang berguna. Hal ini berarti sekolah turut pula bertanggung jawab atas tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan menurut Undang-Undang Sisdiknas, Tahun 2003, bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadiaan kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan merupakan inti dari kegiatan sekolah maka guru mempunyai kewajiban untuk memberikan pengetahuan, bimbingan, dan pendidikan bagi para siswanya. Oleh sebab itu guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Diera modern seperti sekarang ini, nilai pendidikan karakter sudah mulai menurun. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya tindakan-tindakan atau perilaku yang menyimpang amoral khususnya yang dilakukan oleh pelajar. Tindakan yang menyimpang tersebut sudah jauh melenceng dari nilai-nilai pendidikan karakter, seperti berbicara kotor, tidak mentaati peraturan sekolah, tidak disiplin, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, berpacaran Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta Penerbit Nuha Litera, 2010, Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 39 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 yang melanggar norma, membolos sekolah, berkelahi, ikut geng motor, free sex dan hilangnya sopan santun dan tata krama yang menjadi ciri khas orang Indonesia yang terkenal sangat baik dan ramah. Hilangnya nilai-nilai pendidikan karakter ini sangat memprihatinkan. Mengingat hal tersebut maka pendidikan karakter sangat penting diberikan pada siswa sekolah/madrasah, demi terwujudnya tujuan pendidikan dan membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang matang. Untuk mewujudkan tercapainya program pendidikan karakter tersebut, perlu adanya sinergitas antara orang tua wali murid dengan guru yang ada di sekolah untuk menemukan pola apa yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. Adapun salah satu nilai karakter yang perlu dikembangkan di Madrasah yang ada di Kabupaten Klaten yaitu karakter disiplin. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan karakter disiplin sangat penting dimiliki oleh manusia agar kemudian muncul nilai-nilai karakter yang baik lainnya. Pentingnya penguatan nilai karakter disiplin di Madrasah ini didasarkan pada alasan bahwa banyak terjadi perilaku siswa di Madrasah yang bertentangan dengan norma disiplin. Sebagai contohnya yaitu datang kesekolah tidak tepat waktu, dari rumah berangkat tidak sampai di sekolah/Madrasah, mbolos sekolah/meninggalkan sekolah/madrasah tanpa ijin, tidak memakai seragam sekolah sesuai dengan yang tercantum dalam tata tertib madrasah/sekolah, membuang sampah sembarangan, mencorat coret dinding/prasarana sekolah, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tidak mengikuti kegiatan keagamaan, perilaku kejujuran dalam berbicara, perkelahian, menyontek, pemalakan, pencurian, kedisiplinan siswa dalam mentaati tata tertib sekolah dan perilaku negative siswa lainya. Terjadinya perilaku tidak disiplin di madrasah/sekolah tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi permasalahan serius dalam pendidikan karakter disiplin. Munculnya perilaku tidak disiplin menunjukkan bahwa pengetahuan yang terkait dengan karakter yang didapatkan siswa di Madrasah tidak membawa dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa sehari-hari. Bisa jadi pendidikan karakter yang dilakukan selama ini baru pada tahap pengetahuan saja, belum sampai pada perasaan dan perilaku yang berkarakter, dengan permasalahan seperti ini tentu saja semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, Jakarta Rajawali Pers, 2014, Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 40 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 penanggulangannya dan disinilah arti pentingnya disiplin sekolah. Menurut Akhmad Sudrajat, bahwa “Disiplin sekolah merupakan refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules, bahwa yang dimaksud dengan aturan sekolah school rule tersebut seperti aturan tentang standar berpakaian standards of clothing, ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, seorang guru harus memiliki kompetensi, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi sosial yaitu kompetensi yang menekankan guru agar dapat bergaul dengan masyarakat lingkungannya, termasuk berkomunikasi dengan orang tua peserta siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan dan sekolah. Orang tua sebagai pendidik sebagai mana dicontohkan dalam al Quran surat Luqman ayat 12-19 yang intinya mencakup bahwa Luqman sebagai orang tua mendidik anaknya dengan nasehat-nasehat mencakup pokok-pokok tuntunan agama, seperti akidah, syariah dan akhlak terhadap Allah, terhadap diri sendiri dan terhadap orang Luqman al Hakim mendidik anaknya bahkan memberi tuntunan kepada siapapun yang lain menelusuri jalan kebajikan. Juga dalam al Quran Surat Al Tahrim, disebutkan bahwa orang tua sebagai pendidik utama berkewajiban mendidik putra-putrinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.Dari kesibukan ayah dan ibu, maka anak sering merasa kesepian, kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, merasa kurang perhatian dari orang tuanya. Perlu kita ketahui bahwa anak-anak tidak cukup hanya mendapatkan jaminan materiil saja, dengan diberi cukup sandang dan pangan melainkan mereka juga butuh jaminan moril dari orang tuanya. Suatu ketika mereka butuh kebersamaan, makan bersama, berkebun bersama, rekreasi bersama, mengatur rumah tangga bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Kepincangan keluarga seperti ini banyak membawa akibat dalam kehidupan disekolah dari anak-anaknya. Anak-anak sering merasa murung, putus asa, disiplin sekolah tak diindahkan lagi, bergaul yang tak terkontrol, bermain diluar batas sehingga tugas-tugas sudrajat Disiplin Siswa Di Sekolah, di akses, 4 April 2008. Mulyasa, Revolusi Mental Dalam Pendidikan, Bandung Rosdakarya, 2015, Abdul Naeem, Abdul Al Quranku Dan Terjemahannya, Published 2005, India Same as in Vol 2 Above Indian. Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, Yogyakarta Penerbit Kurnia Kalam Semesta, 2016, Abdul Naeem, Abdul Al Quranku dan Terjemahannya, Published 2005, India Same as in Vol 2 Above Indian. Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 41 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 sekolahpun terabaikan, prestasi merosot, hasil nilai belajar rendah dan bahkan tidak naik kelas. Pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan karakter disiplin erat kaitannya dengan peran keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan siswa dan sebagian waktu siswa habis dalam lingkungan ini. Hal ini senada dengan pendapat Lickona yang menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat yang paling dekat untuk mendapatkan pembelajaran, Lickona juga menjelaskan bahwa prestasi seorang anak akan meningkat jika orang tuanya berada dirumah, memperoleh perawatan yang baik, keamanan, ada rangsangan untuk perkembangan intelektualitasnya, adanya dorongan orang tua dalam hal pengaturan diri, adanya pembatasan anak dalam menonton televisi, dan orang tua memonitor anak dalam hal mengerjakan PR. Lickona juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan fondasi pengembangan intelektual dan merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana dikutip oleh Muchlas Samani dan Haryanto, karakter adalah nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Nilai yang unik dalam desain induk Pembangunan Karekter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahun nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berkehidupan baik. Pentingnya penguasaan akan hal tersebut bertujuan agar nantinya siswa bisa mensikapi dan mampu survive dalam kehidupan di masyarakat dan dunia dari fihak madrasah yang ada di Kabupaten Klaten telah melakukan berbagai tindakan untuk dapat mengembangkan pendidikan karakter disiplin siswa melalui pengembangan pendidikan yang sesuai dengan tujuan, visi dan misi madrasah namun dirasa masih perlu dilakukan perbaikan, hal ini didasarkan atas beberapa permasalahan yang muncul baik dari diri siswa, orang tua maupun dari fihak madrasah. Pertama, Permasalahan kenakalan, pelanggaran, perilaku negatif dan perilaku yang menyimpang yang melanggar aturan-aturan disiplin sekolah maupun aturan yang melanggar norma agama yang tidak sesuai dengan Tujuan, Visi dan Misi Madrasah masih banyak dilakukan oleh para siswa yang ada di Kabupaten Klaten. Kedua, Kurang adanya sinergitas antara orang tua wali murid dan guru dalam penanganan permasalahan siswa, sehingga siswa yang kelihatannya dirumah sangat penurut Thomas Lickona, Character Matters Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas Dan Kebajikan Penting Lainnya Terj, Jakarta Bumi Aksara 2012, Muchlas, Samani, dan Haryanto, Pendidikan Karakter, Jakarta PT Remaja Rosda Karya, 2011, Goleman, Emotional Entelligence; Why It Can Matter More Than IQ, New York Maemillian Publishing Company, 1995, Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 42 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 kepada kedua orang tuanya, tanpa diketahui dimadrasahpun selalu bermasalah. Selain itu orang tua kurang bisa memberikan perhatian dan pengawasan terhadap putra-putrinya, dimana mereka saatnya terpenuhi sebagai tugas-tugas perkembangannya, namun orang tua terkadang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan ataupun terlalu percaya dengan keberadaan puta-putrinya Ketiga, Kurang adanya kekompakan dan kerjasama diantara guru yang ada di madrasah sehingga penanganan terhadap siswa yang bermasalah kurang maksimal, guru hanya sekedar memenuhi tugas tanggung jawabnya sebagai guru yaitu mengajar, kurang adanya rasa kepedulian untuk dapat mewujudkan tujuan, visi, dan misi madrasah. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis berasumsi bahwa MTs Negeri yang ada di Kabupaten Klaten sangat representatif untuk dijadikan tempat penelitian dengan judul Pendidikan Karakter Disiplin Siswa Di Era Modern Sinergi Orang Tua Dan Guru Di MTs Negeri Kabupaten Klaten. Adapun yang akan di bahas dalam kajian ini mencakup, yaitu 1. Bagaimana sinergi madrasah dan orang tua dalam pendidikan Karakter disiplin siswa di MTs Negeri Klaten 2. Apa Faktor penyebab rusaknya karakter siswa di MTsN Negeri Klaten? Studi pedidikan karakter belakangan ini menjadi semacam primadona di lingkungan ilmu pendidikan. Trend positif itu kemudian berdampak pada meluasnya tema-tema kajian dibidang tersebut, salah satunya adalah munculnya substudi pendidikan karakter disiplin siswa. Beberapa referensi tentang teori kajian pendidikan karakter tersebut antara lain sebagai berikut Marvin Berkowitz dari University of Missouri St. Louis, meneliti tentang Character Education, menyatakan terjadinya peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa . Selanjutnya, hasil penelitian Daniel Goleman, tentang keberhasilan seseorang dimasyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi EQ, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak IQ. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah Suyanto, Urgensi Pendidikan Karakter, diakses 2 Februari 2012. Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 43 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, perilaku seks bebas dan sebagainya yang menghambat keberhasilan Licona, mendefinisikan bahwa seorang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang di manifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya. Menurut Thomas Licona ada tiga komponen karakter yang baik yaitu 1 Pengetahuan moral. 2 Perasaan moral. 3Tindakan moral Dalam konteks Indonesia, kajian pendidikan karakter telah dilakaukan oleh Yasmarudi Bardansyah, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau “Pembentukan Karakter Studi Terhadap Mahasiswa UIN Suska Riau Dalam Membentuk Karakter Islami”, yang dimuat dalam Jurnal Al-Fikra PPS UIN Suska Riau, 2009. Penelitian kualitatif naturalistic yang mengambil sampel 260 mahasiswa dengan teknik random sampling pada delapan fakultas di UIN Suska Riau itu menghasilkan bahwa pembentukan karakter sangat penting dalam pendidikan Islam. Karakter Islami terbentuk melalui proses yaitu pertama, adanya nilai yang diserap dari sumber ajaran agama Islam, kedua, nilai-nilai tersebut membentuk pola pikir sampai membentuk rumusan visinya, ketiga, visi tersebut turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas, mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah karakter atau kepribadian. Dalam kaitan ini, masih banyak karakter mahasiswa yang belum sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai islami, baik dari segi hari. Penelitian Muhammad Nasir Tamalene pada tahun 2012 mengenai Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Anak Melalui Pola Asuh pada sekolah dasar SD di Pulau Bisa Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku penelitian tentang peran guru dalam pendidikan karakter anak melalui pola asuh pada sekolah dasar SD di Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara menunjukkan bahwa hasil survey tentang pola asuh guru diwilayah pulai Bisa Kabupaten Halmahera Selatan dengan jumlah population access sebanyak 86 guru menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan dilingkungan diakses 20 September 2016 Yasmaruddin Bardansyah, Pembentukan Karakter Studi Terhadap Mahasiswa UIN Suska Riau Dalam Membentuk Karakter Islami, dalam Jurnal Al-Fikra, Program Pascasarjana UIN Suska Riau, Volume 8, Nomor 2, Tahun 2009, Muhammad Nasir Tamalene, Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Anak Melalui Pola Asuh Pada Sekolah Dasar SD di Pulau Bisa Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara, 2012, tidak diterbitkan Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 44 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 Sekolah Dasar di pulau Bisa Kabupaten Halmahera Selatan 54 orang guru atau sekitar 62,79 % otoriter, 32 orang guru atau sekitar demokratis dan 0% guru permisif. Berdasarkan hasil tersebut maka penerapan pola asuh oleh guru-guru di SD di Pulau Bisa melalui pola asuh yang sangat memprehatinkan. Pada umumnya pola asuh otoriter yang diterapkan terdiri dari dua hal yaitu 1 Memberi hukuman fisik kepada siswa apabila anak tidak mengikuti kemauan guru ataupun aturan disekolah, dan 2 Guru sering marah-marah di sekolah dengan alasan tertentu misalnya anak membandel dan sering nakal. Pola asuh demokratis yang diterapkan oleh guru yaitu mereka selalu memotivasi anak sebagai siswa untuk membicarakan apa yang anak inginkan tanpa membatasi hak-haknya misalnya sambil belajar. Sedangkan untuk pola asuh permisif tidak ada guru yang menerapkan di SD yang disurvei. Penelitian yang dilakukan oleh Marzuki, M. Murdiono, dan Samsuri pada tahun 2010 mengenai model-model pembinaa karakter siswa SD dan SMP yang berbasis pada pendidikan agama di Daerah Istimewa Yogyakarta sekarang ini dan model pembinaan karakter yang seharusnya dikembangkan bagi siswa SD dan SMP yang berbasis pada pendidikan agama. Program pengembangan karakter berbasis pendidikan agama yang dikembangkan di masing-masing sekolah semuanya berpijak dari visi dan misi yang dikembangkan oleh sekolah. Secara umum, sekolah-sekolah yang menjadi sampel penelitian mencantumkan secara langsung ataupun tidak langsung pengembangan karakter tersebut pada visi dan misi sekolah. Visi dan misi yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah biasanya secara struktural akan memiliki keterkaitan dengan rencana strategis yang dikembangkan oleh instansi vertical tempat sekolah tersebut bernaung. Program-program pembinaan karakter yang terlalu berlebihan menjadi tidak efektif apabila dalam pelaksanaannya hanya setengah-setengah saja. Artinya program yang dikembangkan sekolah tidak perlu terlalu banyak tetapi operasional atau mudah dan dapat dilakukan oleh siswa. Program-program sekolah yang strategis untuk membangun karakter telah dibuat secara rinci melalui peraturan dan tata tertib sekolah. Perencanaan program pendidikan karakter yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah berangkat dari visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah. Untuk terwujudnya pembinaan karakter di sekolah secara umum, perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini Marzuki, Murdiono, dan Samsuri, Pembinaan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama dan PKn DI Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama didaerah Istimewa Yogyakarta Makalah, tidak diterbitkan Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 45 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 1. Sekolah atau lembaga pendidikan adalah sebuah organisasi yang seharusnya selalu mengusahakan dan mengembangkan perilaku organisasinya agar menjadi orang-orang yang sukses tidak hanya mutu akademiknya tetapi sekaligus mutu non akademiknya. 2. Sekolah sebaiknya merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang secara tegas menyebutkan keinginan terwujudnya karakter mulia di sekolah. 3. Pengembangan akhlak mulia di sekolah akan berhasil jika ditunjang dengan kesadaran yang tinggi dari seluruh civitas sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk mewujudkannya. 4. Untuk pengembangan karakter di sekolah juga diperlukan program-program sekolah yang secara tegas dan rinci mendukung terwujudnya karakter akhlak mulia tersebut. Program-program ini dirancang dalam rangka pengembangan atau pembiasaan siswa sehari-hari baik dalam pengalaman ajaran-ajaran agama maupun nilai-nilai moral dan etika universal dan dituangkan dalam peraturan sekolah. 5. Membangun karakter tidak cukup hanya dengan melalui mata pelajaran tertentu, seperti misalnya Pendidikan Kewarganegaraan PKn, tetapi juga melalui semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang ditempuh dengan cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran semua bidang studi mata pelajaran di sekolah. Begitu juga, membangun karakter mulia harus menjadi tanggung jawab semua guru, utamanya guru agama, guru PKn atau guru BK Bimbingan dan Konseling. 6. Terwujudnya karakter di sekolah juga membutuhkan dukungan sarana prasarana sekolah yang memadai. Karena itu, sekolah sebaiknya menyediakan fasilitas yang cukup demi kelancaran pengembangan karakter mulia ini. 7. Pembinaan karakter siswa di sekolah meskipun bisa terjadi dengan sendirinya, jika disertai kesadaran yang tinggi dari semua komponen sekolah. Namun demikian, akan lebih efektif lagi jika pengembangan karakter di sekolah ini ditangani oleh tim khusus yang dibentuk sekolah yang bertanggung jawab penuh dalam pembinaan karakter ini. Tim inilah yang merancang program-program pembinaan karakter, kemudian melaksanakannya hingga melakukan evaluasi programnya hingga terlihat hasil yang Karakter Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih karya Heni Zuhriyah mahasiswa program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2010. Penelitian ini berusaha membandingkan konsep pendidikan karakter Marzuki, Murdiono, dan Samsuri, Pembinaan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama dan PKn DI Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama didaerah Istimewa Yogyakarta Makalah, tidak diterbitkan Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 46 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 dari pemikiran Dunia Barat non Islam yang dikembangkan oleh Doni Koesoema dengan pemikiran dalam Islam yang dikembangkan oleh Ibnu Miskawaih. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kata akhlak dan karakter secara bahasa mengandung makna yang sama yakni, kebiasaan, tabi’at, watak, sifat-sifat kejiwaan. Secara Istilah, karakter dan akhlak mempunyai arti sama, yaitu suatu kehendak yang sudah biasa dan sering dilakukan secara spotan. Tujuan pendidikan karakter dan pendidikan akhlak semakna dan sejalan, yaitu upaya untuk membantu individu mempunyai kehendak untuk berbuat yang lebih baik, sesuai dengan nilai dan norma baik dalam agama maupun di masyarakat serta membiasakan perbuatan tersebut dalam kehidupannyaBerikutnya, Disertasi Subiyantoro, PPS Universitas Negeri Yogyakarta 2010, “Pengembangan Pola Pendidikan Nilai Humanis-Religius Pada Diri Siswa Berbasis Kultur Madrasah di MAN Wates I Kulon Progo Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan menemukan pengembangan pola pendidikan niai humanis-religius di Madrasah Aliyah dengan menggunakan metode penelitian research and development dan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa pada mulanya aktualisasi nilai humanis-religius para siswa Madrasah Aliyah di Kulon Progo masih rendah, tidak utuh, baru terbatas pada dimensi ritual dan ilmu. Dimensi iman, eksperiensial dan konsekuensial belum menyatu utuh dalam diri siswa. Sedangkan pola pendidikan nilai humanis-religius masih terbatas pada pola-pola pendidikan konvensional seperti yang dikenal pada madrasah pada umumnya. Setelah dilakukan pengembangan pola pendidikan nilai humanis-religius pada diri siswa berbasis kultur madrasah ini, yang meliputi material culture dan behavior cuture, serta setelah dilakukan treatment pengembangan kultur madrasah, diperoleh hasil perubahan terjadi pada perilaku siswa a aktualisasi nilai religious meningkat; b sikap menjadi lebih terbuka dan dekat dengan guru; dan c ada sekelompok siswa yang sulit mengikuti norma-norma yang ada, baik norma agama, norma sosial, maupun morma ketertiban sekolah. Hal tersebut lebih disebabkan oleh karakter siswa yang terbentuk terutama dari faktor keluarga dan teman pergaulan sejumlah penelitian terkait pendidikan karakter yang ada di madrasah peneliti berkesimpulan bahwa terdapat setidaknya dua perspektif yang umumnya dipakai para peneliti untuk membingkai fenomena pendidikan karakter. Pertama pendidikan karakter Heni Zuhriyah, Pendidikan Karakter Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih, Tesis Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2010 Subiyantoro, Pengembangan Pola Pendidikan Nilai Humanis-Religius Pada Diri Siswa Berbasis Kultur Madrasah di MAN Wates I Kulon Progo Yogyakarta, Disertasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2010 Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 47 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 merupakan hal yang penting untuk dapat meningkatkan motivasi dalam meraih prestasi akademik disekolah, dan mencegah perilaku yang negatif pada siswa. Perspektif yang kedua dengan adanya pendidikan karakter di sekolah akan dapat merubah perilaku yang lebih meningkat pada diri siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Marvin Berkowitz dan sejumlah peneliti lain menunjukkan kecenderungan perspektif yang pertama. Perspektif kedua bahwa adanya pendidikan karakter disekolah akan dapat merubah perilaku yang lebih meningkat pada diri siswa Perspektif ini dipakai dalam penelitian Subiyantoro dan beberapa peneliti lainnya. Sebagaimana diuraikan dalam pendahuluan, pendidikan karakter disekolah berkembang secara dinamis dan menunjukkan karakteristik yang kompleks, subyek materi yang diusungpun kian beragam, dan tentunya semua kajian dalam penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi yang kadangkala justru menampakkan adanya kontradiksi antara subyek yang satu dengan yang lainnya. Berangkat dari kenyataan itulah saya menilai dua perspektif yang umumnya dipakai para peneliti untuk membaca fenomena adanya pendidikan karakter di madrasah, tidak lagi cukup untuk membaca fenomena pendidikan karakter di madrasah. Kenyataan bahwa pendidikan karakter disiplin siswa di Madrasah, sinergitas orang tua dan guru dalam pendidikan karakter di Madrasah tidak dapat dijelaskan melalui dua perspektif tersebut. Oleh karena itu, Penelitian ini berupaya melengkapi kelemahan tersebut dengan menelaah, Pendidikan Karakter Disiplin Siswa di Era Modern Sinergitas Orang Tua dan Guru di Madrasah. Peneliti melihat, upaya untuk melihat Karakter Disiplin Siswa di Era Modern Sinergitas Orang Tua dan Guru di MTs Negeri Kabupaten Klaten melalui perspektif tersebut belum pernah dilakukan. Peneliti ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang termasuk dalam pendekatan penelitian pendekatan phenomenology yang menuntut adanya pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian dalam konstruksi ganda, melihat obyeknya dalam satu konteks natural bukan Madrasah obyek penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri Prambanan Klaten, Madrasah Tsanawiyah Negeri Gantiwarno Klaten, Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten, Madrasah Tsanawiyah Negeri Mlinjon Klaten. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Mudrajat Kuncoro, Metode Kuliitatif Unit Penerbit dan Percetakan, Yogyakarta AMP YKPN, 2004, Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta Rakesarasin, 2002, Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 48 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 B. Pembahasan 1. Pendidikan Karakter Disiplin Siswa Sinergi orang tua dan guru di Kabupaten Klaten. a. Madrasah Tsanawiyah Negeri Prambanan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan stakeholder madrasah ditemukan bahwa meskipun MTs Negeri Prambanan Kabupaten Klaten sebagai MTs Negeri unggulan dan percontohan dari MTs yang ada di Kabupaten Klaten, namun permasalahan pelanggaran disiplin siswa masih saja terjadi, dari masalah merokok yang saat ini baru ngetren dengan memakai alat hisab rokok elektrik yang disebut fasfor, berkelahi, mbolos, mencuri, bicara kotor, Ngompas, tidak melaksanakan sholat lima waktu dan pelanggaran lainnya. Siswa- siswi di MTs Negeri Prambanan masih kurang menunjukkan cerminan dari pada tujuan, visi, dan misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Prambanan. Bahkan kebanyakan orang tua wali yang kurang peduli dengan keberadaan putra-putrinya. selama ini orang tua siswa yang ada di madrasah ini masih ada yang tidak pernah mengetahui bagaimana perkembangan kondisi anaknya selama belajar di madrasah. Bahkan selama ini terkadang orang tua baru tahu bila dari fihak madrasah memberitahukan lewat undangan panggilan ke orang tua atas permasalahan putra-putrinya. Selain itu permasalahan di madrasah begitu berkembang tidak hanya dari kesalahan dari siswa saja, namun guru-guru yang mengajarpun dirasa kurang akan kepeduliannya, mereka menjadi guru seharusnya tidak hanya mengajar, namun juga harus mendidik dan membimbing. Bahkan mereka mengajar hanya karena memenuhi sebagai tugas guru, mereka hanya mengguggurkan akan tugas dan tanggung jawabnya. Kenakalan siswa yang ada di madrasah dan diluar madrasah guru-gurupun masih kurang begitu peduli. Selain itu orang tua wali murid sendiri juga kurang memperhatikan terhadap putra-putrinya. Selain hal tersebut berdasarkan catatan dokumen yang ada di BP pada tahun pelajaran 2015/2016 tercatat ada sejumlah 24 siswa yang harus pindah madrasah/dikembalikan kepada orang tua dikarenakan adanya berbagai pelanggaran disiplin madrasah. Adapun sebagai model pembiasaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di MTsN Prambanan yaitu melalui kegiatan keagaamaan dengan melakukan sholat Dhuha pada pagi hari, Hafalan bacaan surat-surat pendek sebelum kegiatan belajar dan mengajar dimulai, melakukan sholat dhuhur secara berjamaah, kegiatan baca al-Qur’an Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 49 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 Sementara dalam hal perilaku siswa juga diajarkan dalam hal adab sopan santun terhadap guru dan teman, menghargai dan menghormati orang lain, berkata jujur dan tidak bohong, berucap santun dan tidak kasar, tidak mengejek maupun menghina sesame teman, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas dengan mengerjakan piket kebersihan setiap hari secara bergilir, memakai baju seragam dengan tertib,berpenampilan yang santun, idak terlambat sewaktu berangkat di madrasah. Selain hal tersebut dalam membangun karakter disiplin siswa di MTsN Prambanan juga dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu berupa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling serta kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh madrasah. Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk memberikan layanan konseling kepada peserta didik di lingkungan madrasah. Ruang lingkupnya meliputi 1 layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah, 2 layanan bimbingan belajar, 3 layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi siswa. Dan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di MTsN Prambanan sebagai Kegiatan Pembiasaan, Pengembangan Diri, Pendidikan Kecakapan Hidup dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global yaitu sebagai berikutTable 1 Kegiatan ekstrakurikuler MTS N Prambanan Layanan Bimbingan Konseling Tadarus Al Qur’an/Hafalan Surat Pendek Diambil dari Dokumen Kurikulum MTsN Prambanan Tahun Pelajaran 2016/2017 Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 50 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 b. Pendidikan Karakter Disiplin Siswa Sinergi orang tua dan guru di di MTs Negeri Gantiwarno Berdasarkan hasil observasi peneliti di MTs Negeri Gantiwarno, peneliti merasakan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan MTsN Prambanan, lokasi MTs Negeri Gantiwarno yang berada ditengah persawahan, siswa-siswi MTs Negeri Gantiwarno kelihatan masih begitu lugu, sepintas kilas terasa begitu nyaman dan damai, bapak dan ibu gurunya pun kelihatan kompak dan mengelurga. Meski kedudukannya sama Madrasah dengan jumlah siswa yang cukup banyak namun di MTs Negeri Gantiwarno, tidak begitu banyak ditemukan permasalahan siswa yang terasa begitu berat, meski pertemuan antara fihak madrasah/guru dengan orang tua wali murid dirasa begitu kurang namun para siswa dapat dibilang begitu tertib dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar, bahkan para siswa MTs Negeri Gantiwarno begitu antusias dalam mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler yang ada di Madrasah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Novi Damayanti guru MTsn Gantiwarno Sehubungan dengan perkembangan remaja kenakalan siswa juga ada yang terjadi seperti bolos sekolah, tidak tertib dalam berpakaian, tidak masuk ke madrasah tanpa surat keterangan, melempari batu kereta api yang melintas, maupun siswa yang suka merokok, dilingkungan madrasah juga masih saja terjadi, dan semua itu perlu adanya bimbingan dan dukungan baik dari orang tua wali murid maupun dari fihak madrasah yaitu guru. MTs Negeri Gantiwarno dalam rangka mengurangi adanya hal-hal yang tidak diinginkan yang bersifat negatif, terutama terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh para siswa, memiliki visi “terwujudnya peserta didik yang islami, disiplin, cerdas dan berprestasi “ Dari madrasah yang dijadikan obyek penelitian, MTs Negeri Gantiwarno secara rinci memilik kelebihan dalam penyusunan program pengembangan karakter siswa dibandingkan MTs Negeri Prambanan di atas. Adapun sebagai model unggulan pembiasaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di MTs Negeri Gantiwarno yaitu sebagai berikut Diambil dari Dokumen Kurikulum MTsN Gantiwarno Tahun Pelajaran 2016/2017 Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 51 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 Tabel 2 Ekstra Kurikuler di MTsN Negeri Gantiwarno Hafal syarat, rukun shalat Hafal arti bacshalat Penguatan hafalan Hafal dan fasih bacaan sholat, gerakan sholat dan keserasian bacaan solat serta artinya pada pelajaran Fiqh Membiasakan sholat berjamaah di madrasah dan di rumah melaui buku monitoring sholat 5 waktu dan sholat sunnah Hafal doa setelah sholat dan doa harian Membiasakan hafalan doa-doa harian dipandu oleh guru PAI. Kelas 7 10 doa harian. Kelas 8 15 doa harian. Kelas 9 mengulang Pembiasaan doa bersama setelah sholat berjamaah Menghafal doa-doa harian dengan guru pembimbing masing-masing Tertib menjalankan sholat fardhu Pembinaan pada materi fiqh Pembiasaan sholat dhuhur berjamaah Pembiasaan tadarus Juz’amma sebelum pelajaran dimulai Hafalan dengan guru pembimbing Melaksanakan sholat sunnah dan perawatan jenazah Melaksanakan praktik solat sunnah dan praktik perawatan jenazah pada mapel fiqh kelas VII Melaksanakan sholat dhuha dan solat rowatib dan praktik perawatan jenazah Berinfak/sodaqoh secara rutin Berinfak setiap hari Jum’at pagi sebelum mulai pelajaran Berinfak setiap pagi sebelum mulai pelajaran Membaca al-Qur’an dengan Tartil Pelajaran tahsin Al-Qur’an pada mapel ketrampilan agama Tadarus al-Qur’an sebelum mulai pelajaran mapel Ketrampilan agama Memprakarsai perayaan hari besar Islam Meneladani sejarah Islam pada materi SKI Merayakan PHBI di madrasah Membiasakansalam, sapa dan senyum Mengucap salam, jabat tangan, sapa dan senyum kepada semua warga madrasah Bertegur sapa dengan teman Menghormati orang lain Berkomunikasi dengan baik Saling menghormati antar warga Membiasakan 5 S dalam kehidupan keseharian. Mempelajari akhlak mulia pada pelajaran aqidah akhlak Bimbingan dari guru Jujur dalam setiap hal Membuat kantin kejujuran Membuat tempat penemuan barang hilang Mengoptimalkan kotak kritik dan saran. Bertakziah Membantu teman yang membutuhkan bantuan Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 52 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 Menjenguk teman yang sakit Memberikan santunan kepada fakir miskin dan anak yatim Berkunjung ke panti asuhan dan panti jompo Life in dan CBC character building camp Disiplin Keyword Masuk madrasah kelas Berpakaian Beribadah Merawat madrasah Tepat waktu memasuki kelas Tepat waktu mengawali dan mengahiri pelajaran Tepat waktu mengerjakan dan mengumpulkan tugas Datang 15 sebelum mulai pelajaran Pulang tepat waktu Melaksanakan tata tertib yang berlaku di madrasah Tertib di dalam dan di luar kelas Pembinaan dari semua guru. Setiap guru menegur peserta didik yang berpakaian tidak rapi Pemberian sanksi terhadap pelanggaran disiplin Tertib dalam melaksanakan upacara dan kegiatan ekstarakurikuler. Tertib berpakaian dan berpenampilan Mengadakan lomba kedisiplinan dan kerapian antar kelas. Membuat buku skor pelanggaran peserta didik Membuat jadwal petugas upacara Membuat jadwal kegiatan ekstra kurikuler dan absensi kehadiran. Pembiasaan shalat tepat waktu. Pembiasaan bershodaqoh dan infak. Penanggung jawab setiap guru mapel Membuat jadwal petugas azan Melaksanakan shalat jamaah dengan tertib dan absensi. Disiplin dalam merawat Madrasah Membiasakan menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan, keamanan madrasah Menjaga dan mengembangkan rasa memiliki semua yang ada di madrasah Membuang sampah pada tempatnya Tidak mencorat coret tembok dan merusak tanaman Menjaga kebersihan lingkungan madrasah Menjaga toilet yang bersih dan sehat Membuat lomba kebersihan antar kelas Mengadakan lomba pahlawan kebersihan Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 53 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 perolehan nilai UN dan UM materi UN dan UM melalui pelajaran tambahan dan Klinik UN, dibimbing oleh guru mapel UN dan UM. mapel UN bagi kelas 9 Mengadakan pengayaan mapel UN Unggul dalam perlombaan mapel Sains Membiasakan peserta didik belajar dan memperoleh penguatan materi dan latihan soal soal olimpiade Sains dan Matematika dibawah bimbingan guru terkait terhadap peserta didik berprestasi ranking 1-10 paralel. Mengadakan pengayaan mapelIPA dan Matematika Unggul dalam bidang bahasa Arab, Inggris, Indonesia dan Jawa Membiasakan peserta didik berbahasa Indonesia, Inggris, Arab secara baik , benar dan berterima melalui bimbingan guru terkait. Mengadakan bimbingan persiapan lomba pidato 3 bahasa . Mengadakan classmeeting lomba Pidato 4 bahasa. Unggul dalam bidang olah raga dan seni Membiasakan peserta didik untuk mengembangkan bakat dibidang olah raga dan seni Mengadakan latihan rutin Mengikuti lomba MTQ,Pencak silat, Bola Voli, Atletik. c. Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten yang berlokasi berdekatan dengan kantor Kementrian Agama memiliki keunikan tersendiri, selain program-program Madrasah yang tersusun rapi, Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten tidak kalah dengan SMP Negeri yang ada disekitarnya, terbukti dengan adanya jumlah siswa yang cukup banyak ini menandakan bahwa Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten banyak diminati oleh masyarakat Klaten. Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten yang keberadaannya bisa dibilang dekat dengan perkotaan dan juga berdekatan dengan gedung olah raga Gelar Sena Kabupaten Klaten, maka sudah sewajarnya bila siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten, juga terdapat berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa seperti, bolos, berbohong, berkelahi maupun meminta uang sesama teman dengan paksa, apalagi gedung olah raga Gelar Sena Kabupaten Klaten sering dijadikan tempat berbagai even kegiatan baik itu lomba olah raga, lomba seni budaya, konser musik, maupun sebagai tempat pasar malam hiburan bagi masyarakat kota Klaten. Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 54 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten Dalam pengembangan model unggulan pembiasaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa, selain dengan pengembangan diri juga melalui kegiatan ekstra kurikuler yang ada disekolah, pengembangan diri tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah/ madrasah. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan dalam pembiasaan untuk membangun karakter disiplin siswa tersebut adalah Kegiatan ekstra wajib yaitu kepramukaan. Kemudian sebagai kegiatan ekstra pilihan yaitu qiro’ah, musik Islami, kaligrafi, membatik, menjahit, IEC/internasional Inggris Center, Marching Band, KIR, futsal, bola voli, bola basket. Sedangkan kegiatan ekstra seleksi yaitu olimpiade matematika, olimpiade biologi, olimpiade fisika dan olimpiade IPS. d. MTs Negeri Mlinjon Klaten Berdasarkan hasil dokumentasi peneliti ditemukan bahwa siswa MTs Negeri Mlinjon yang cukup banyak juga berasal dari dua penjuru, karena letaknya yang strategis, siswa MTs Negeri Mlinjon Klaten, selain para siswanya yang berasal dari yang tinggal di perkotaan, sebagian siswa juga berasal dari berbagai pedesaan dan kecamatan yang berbeda, baik itu kecamatan kalikotes, Klaten Tengah, Klaten Utara maupun Klaten selatan, oleh sebab itu dalam permasalahan siswa juga cukup komplek dan bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Arfiatun, salah seorang guru di MTs Negeri Mlinjon Klaten, bahwa kasus dan permasalahan siswa di MTs Negeri Mlinjon, dari kasus siswa melihat tayangan visidi porno, mbolos, ngompas, berbohong, tidak tertib dalam berpakaianpun sering terjadi. Hubungan antara orang tua wali murid dan guru cukup baik, bahkan orang tua yang tidak diundang kemadrasahpun dengan kesadaran diri banyak yang hadir dimadrasah guna konsultasi mengenai permasalahan putra-putrinya, namun demikian pelanggaran terhadap permasalahan disiplin tata tertib siswa masih saja terjadi. Selain itu seperti di madrash lain dalam hal kedinasan disini pun terkadang juga ada sebagian guru yang merasa kurang puas terhadap perannya sebagai guru, terutama masalah jadwal mengajar meski selaku kurikulum sudah berusaha adil semaksimal mungkin dalam membuat jadwal mengajar namun Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 55 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 masih saja ada guru yang selalu komplen dalam pengaturan jadwal karena tidak sesuai seperti yang diharapkan, namun meski demikian guru-guru disini tetap tertib dalam mengajar dan membimbing anak-anak. Seperti pada Madrasah lainnya MTs Negeri Mlinjon Klaten yang memiliki visi “Unggul Dalam Prestasi, Berbudi Pekerti Luhur, Dilandasi Iman dan Takwa.” dalam upaya memajukan pendidikan yang ada juga menyusun berbagai program kegiatan yang dijadikan unggulan, dimana kegiatan tersebut disusun sebagai langkah dalam pengembangan tujuan, visi dan misi madrasah, kegiatan tersebut selain berupa kegiatan yang berujung pada kegiatan keagamaan juga berupa kegiatan ekstrakurikuler. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler sebagai model unggulan pembiasaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa yang dikembangkan di MTs Negeri Mlinjon Klaten tersebut adalah Kaligrafi, Pramuka, Bola Voli, PMR, Siroah, Pencak silat, Komputer, Hadroh, Menjahit, Drum band. 2. Faktor Penyebab Rusaknya karakter Siswa di MTS Negeri Kabupaten Klaten. Berdasarkan temuan temuan data yang peneliti dapatkan di keempat Madrasah yaitu Madrasah Tsanawiyah Negeri Prambanan, Madrasah Tsanawiyah Negeri Gantiwarno, Madrasah Tsanawiyah Negeri Klaten, Madrasah Tsanawiyah Negeri Mlinjon Kabupaten Klaten dapat diuraikan bahwa di Madrasah tersebut masih banyak terjadi siswa-siswi yang melanggar disiplin tata tertib Madrasah, kenakalan, perilaku menyimpang masih saja terjadi di Madrasah, hubungan kerja sama antara orang tua wali murid dan gurupun terasa kurang terkoordinir dengan baik. Terbatasnya waktu belajar siswa disekolah yang umumnya dimulai jam 7 pagi sampai jam WIB bagi madrasah, sehingga menjadikan guru tidak bisa mengawasi aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam sekolah atau jam extrakurikuler. Setelah pulang sekolah segala aktivitas peserta didik tidak bisa dikontrol oleh guru yang ada di sekolah. Maka, dari itu perlu adanya kerja sama antara orang tua wali murid dan guru yang ada di sekolah/di madrasah, untuk mensinergitaskan pola pendidikan karakter yang tepat bagi siswa sekaligus dapat membina hubungan yang baik dengan orang tua wali murid. Hal ini perlu dilakukan karena orang tua wali murid harus mengetahui segala perkembangan yang dialami oleh putra-putrinya. Baik itu perkembangan yang bersifat positif atau masalah-masalah yang perkembangan siswa yang bersifat negatif. Karena Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 56 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 selama ini orang tua siswa yang ada di Madrasah masih ada yang tidak pernah mengetahui bagaimana perkembangan kondisi anaknya selama belajar di selama ini terkadang orang tua baru tahu bila dari fihak madrasah memberitahukan lewat undangan panggilan ke orang tua atas permasalahan itu permasalahan di Madrasah begitu berkembang tidak hanya dari kesalahan dari siswa saja, namun guru-guru yang mengajarpun dirasa kurang akan kepeduliannya, mereka menjadi guru seharusnya tidak hanya mengajar, namun juga harus mendidik dan membimbing. Bahkan ada sebagian mengajar hanya karena memenuhi sebagai tugas guru, mereka hanya mengguggurkan siswa yang ada di madrasah dan di luar madrasah guru-gurupun masih kurang begitu kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan banyaknya pekerjaan yang cukup melelahkan baik sebagai karyawan, pekerja swata, PNS, maupun sebagai pekerja harian, buruh terkadang sangat menyita waktu yang begitu berharga untuk keluarga. Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Disini orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan apapun orang tua penting menyisihkan waktu bagi putra-putrinya, sehubungan dengan keberhasilan pendidikan bagi putra-putrinya hendaknya ada hubungan kerjasama timbal balik antara orang tua wali murid dan guru. Adanya kesibukan ayah dalam mencari nafkah yang terkadang ayah harus terpaksa bekerja keras banting tulang demi mencapai nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada waktu untuk keluarga, kasih sayang terhadap istri dan anak pun terasa berkurang. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa, disekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, Hasil Wawancara dengan Fita Yuli Kisworowati, Guru BK MTsN Prambanan, Hari Selasa, 18 Oktober 2016 Hasil Wawancara dengan Dra. Tien Endarti, Guru BK MTsN Klaten, Hari Selasa, 25 Oktober 2016 Hasil Wawancara dengan Wartini, Guru Seni Budaya MTsN Prambanan, Hari Kamis, 20 Oktober 2016 Hasil Wawancara dengan Sugen, Guru Agama Al Quran dan Hadist MTsN Prambanan, Hari Sabtu, 22 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan Himda Norika, Guru IPS MTsN Prambanan, Pada Hari Selasa, 25 Oktober 2016 diakses, Minggu, 4 September 2016 Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 57 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh para siswa dapat meresap begitu dalam kedalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang -kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya dirumah. Dengan adanya berbagai permasalahan yang terjadi pada diri siswa di Madrasah, yang telah melanggar berbagai aturan disiplin madrasah, yang sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan, visi dan misi madrasah, serta banyaknya peristiwa yang menunjukkan terjadinyanya krisis moral yang terjadi. maka penguatan pendidikan karakter, khususnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri yang ada di Kabupaten Klaten merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan Oleh karena itu penguatan pendidikan karakter perlu dilaksanakan sedini mungkin dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah/madrasah, dan meluas kedalam lingkungan masyarakat. Dengan adanya sinergitas antara orang tua wali murid dengan guru yang ada di sekolah diharapkan dapat bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan siswa atau mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa. Hal ini sesuai permasalahan yang ada di MTs Negeri Mlinjon juga sangat komplek dan bervariasi, pelanggaran aturan dan kedisiplinan banyak terjadi, dari siswa yang mbolos sekolah, merokok , bahkan sampai siswa yang lihat tayangan-tayangan video porno, dan dari adanya permasalahan yang ada di MTs Negeri Mlinjon Klaten ini orang tua wali muridpun kebanyakan juga tidak mengetahuinya mengapa putra-putrinya melakukan hal tersebut. Bahkan orang tua wali murid akan mengetahui permasalahan putra-putrinya setelah mereka dihadirkan di madrasah. Lain Madrasah lain pula ceritanya, sesuai dengan perkembangan remaja yang ada, bahwa siswa-siswi yang ada di MTs Negeri Gantiwarno, juga terdapat berbagai macam masalah, meski terasa orang tua wali murid kurang begitu peduli namun semua permasalahan yang ada sehubungan dengan masalah siswa bisa teratasi. Berdasarkan wawancara pendahuluan diperoleh data bahwa di MTs Negeri Gantiwarno hubungan dengan orang tua wali muridpun terasa begitu kurang, apalagi dengan komite sekolah bila tidak ada urusan yang mendesak dan sangat penting orang tua wali murid dan komite madrasah pun jarang hadir di madrasah , terkecuali dalam even-even penting, seperti kenaikan kelas ataupun mengambil hasil ujian siswa. C. Penutup Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Bahwa ada relasi yang tidak dapat diabaikan begitu saja antara sinergitas orang tua dan guru, Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 58 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 pendidikan karakter dan perilaku disiplin siswa, relasi keduanya terjadi dalam dua arah, disatu sisi sinergitas orang tua dan guru berperan dalam membentuk perilaku karakter disiplin siswa. Disisi lain, pandangan karakter disiplin tertentu juga menjadi katalisator munculnya karakter disiplin yang khas lainnya. Pada konteks pendidikan karakter disiplin siswa di era modern “sinergitas orang tua dan guru pada Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Klaten ditemukan adanya kesanjangan sinergitas antara orang tua dan guru dengan fenomena pendidikan karakter disiplin siswa yang mengkhawatirkan. Keterlibatan orang tua dalam mendukung keberhasilan pendidikan karakter disiplin yang dilakukan oleh Madrasah adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Hubungan kerja sama yang erat antara madrasah, keluarga, dan masyarakat akan dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa. Sedangkan faktor penyebab Penyebab Rusaknya karakter Siswa di MTN Negeri Kabupaten Klaten yaitu 1 Orientasi pendidikan guru lebih menekankan pada aspek kognitif sehingga penekannnya pada nilai-nilai berupa angka-angka saja, sedangkan nilai afektif nya kurang mendapat perhatian. 2. Waktu belajar siswa di sekolah dan diluar sekolah masyarakat-rumah lebih banyak di luar sekolah sehingga sulitnya pihak sekolah mengontorol perilaku siswa. 3 Kesibukan orang tua bekerja, sehingga anak kurang mendapat perhatian, pengawasan dari orang tuanya. Daftar Pustaka Goleman, Danel. 1995. Emotional Entelligence; Why It Can Matter More Than IQ. New York Maemillian Publishing Company. diakses 4 September 2016 jam diakses 20 September 2016 http//www. akhmad sudrajat Disiplin Siswa Di Sekolah, di akses 4 April 2008. Kuncoro, Mudrajat. 2004. Metode Kuantitatif Unit Penerbit Dan Percetakan. Yogyakarata AMP YKPN. Lickona, Thomas. 2012. Character Matters Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas Dan Kebajikan Penting Lainnya Terjemahan. Jakarta Bumi Aksara. Maragustam. 2010. Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta Penerbit Nuha Litera. Mustari, Mohammad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta Rajawali Pers. Sri Hartini, Pendidikan Karakter Disiplin 59 AL-ASASIYYA Journal Basic Of Education, Juli-Desember 2017, ISSN 2548-9992 Marzuki, Murdiono, dan Samsuri. Pembinaan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama dan PKn DI Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama didaerah Istimewa Yogyakarta Makalah, tidak diterbitkan. Mulyasa. 2015. Revolusi Mental Dalam Pendidikan. Bandung Rosdakarya. Maragustam. 2016. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global. Yogyakarta Penerbit Kurnia Kalam Semesta. Muchlas, Samani, dan Haryanto. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta PT Remaja Rosdakarya. Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta Rakesarasin. Naeem, Abdul. 2005. Abdul Al Quranku Dan Terjemahannya, Published India Same As in Vol 2 Above indian. Suyanto. Urgensi Pendidikan Karakter, 2010, diakses 2 Februari 2012. Tamalene, Muhammad Nasir. 2012. Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter Anak Melalui Pola Asuh Pada Sekolah Dasar SD di Pulau Bisa Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara, tidak diterbitkan. Yasmaruddin Bardansyah. Pembentukan Karakter Studi Terhadap Mahasiswa UIN Suska Riau Dalam Membentuk Karakter Islami, Jurnal Al-Fikra, Program Pascasarjana UIN Suska Riau, Volume 8, Nomor 2, Tahun 2009. Zuhriyah, Heni. 2010. Pendidikan Karakter Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih. Tesis Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Subiyantoro. 2010. Pengembangan Pola Pendidikan Nilai Humanis-Religius Pada Diri Siswa Berbasis Kultur Madrasah di MAN Wates I Kulon Progo Yogyakarta. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. ... Yani et al. 2020 mengatakan saat ini banyak terjadinya perilaku menyimpang yang bertentangan dengan aturan disiplin. Sementara, Hartini 2018 ...Nur Aisyah AminiMuhamad Taufik HidayatThis study aimed to reveal the obstacles, strategies, and results of instilling a disciplinary character through congregational prayer in Indonesian elementary schools. The method used in this study was a systematic literature review. The information used contained an attitude of discipline. The literature review process began by searching for relevant articles, evaluating them by data extraction, and then comparing the results of the literature. The database used was Google Scholar. The results of this study indicate that 1 Obstacles to instilling discipline include parents who lack or have not followed up on school programs that have been implemented in schools, students who are still unaware, and a lack of infrastructure. 2 The strategy found in dealing with obstacles in instilling disciplinary character is imposing sanctions on students who refuse to pray. 3 The results of cultivating discipline through congregational prayer can improve student worship discipline. The implications of this study are as follows First, the teacher can set an example for their students in cultivating the character of discipline through the habit of congregational prayer at school. Second, parents can monitor the program that has been implemented at school. Third, students can become accustomed to doing good things, which they can then apply in everyday life. This study revealed the cultivation of discipline in Indonesian elementary schools comprehensively.... Therefore, many students commit various kinds of violations. It can be seen common examples of indiscipline behavior that is often carried out by students, namely arriving late to school, not doing assignments, littering, not participating in extracurricular activities, not participating in religious activities, and so on Hartini, 2017. ...... Kesiapan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan orang tua berdasar hasil wawancari dari angket terbuka sudah cukup baik, 5 menit hingga 2 jam lebih sebelum pembelajaran dimulai semua orang tua sudah mempersiapkan pembelajaran untuk anaknya. Dengan adanya pemantauan dari orang tua membuat guru lebih mudah mengetahui para siswa benar benar belajar di rumah Hartini 2017;Anugrahana 2020. Sehingga tugas yang diberikan benarbenar dikerjakan oleh para siswa. ...Yastofi Royana PutriBeti Istanti SuwandayaniAbdurrohman MuzakkiTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran daring dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan di SD Kota Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi yang dikembangkan berdasarkan indikaor kebutuhan diantaranya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terkait proses pembelajaran daring. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk pelaksanaan validitas data atau keabsahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran daring menggunakan berbagai platform, antara lain whatsapp, youtube dan google form. Implementasi proses pembelajaran daring di kelas V SDN Beji 01 Kota Batu dan SDN Pendem 01 Kota Batu dimana hasilnya guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran yang komunikatif dengan siswa. Namun, guru mampu mengendalikan proses pembelajaran daring berlangsung dengan menjaga dan melakukan komunikasi intens kepada orang tua/wali murid. Proses pembelajaran daring yang sudah dilakukan terlihat adanya berbagai faktor pendukung dan faktor penghambat selama pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru kelas VKendala yang dihadapi antara lain kurangnya alat komunikasi untuk berjalannya proses pembelajaran daring. Kurangnya prasarana yang memadai memberi dampak kepada siswa terhadap komunikasi dengan guru.... In addition, this research is also supported by Hartini, 2018, which is about disciplinary character education in the modern era of synergy between parents and students, which states that there is a synergistic relationship between parents and teachers in playing a role in shaping students' disciplinary character. The importance of this parenting pattern is also in line with Lickona, 2013, which says that although schools can increase the initial understanding of their students when they are in school, then the evidence that shows that schools can do this, the good attitude they have by these children will slowly disappear if the values taught in the school do not get support from the home environment. ...Vivi GunawanCharacter is a person's nature or personality, which is reflected in the way of thinking, speaking, and behaving in everyday life continuously for a long time. Humans with character are humans who can understand, love with all their hearts, and continue to do good. In the Buddhist character, there are six carita or nature, which are 1 ragacarita, 2 dosacarita, 3 mohacarita, 4 saddhacarita, 5 Buddhicarita, and 6 vitakkacarita. This study aims to determine the relationship between parenting styles and school environment on the development of the Buddhist character of students. This study is quantitative research with a comparative causal design ex post facto. The data was collected using a questionnaire from 40 students of Santa Agatha Elementary School, Palembang, and the data were tested using SPSS version 22 for Windows simple linear regression test. The results showed the role of parents and the positive environment in the formation of the character of Buddhist students. This is indicated by the data obtained from the Buddhist Character questionnaire variable Y, showing the lowest score of 39 and the highest score of 60; parenting variable X1, the lowest score was 46, and the highest score was 60, and the School Environment variable X2 obtained the lowest score of 43 and the highest score of 60. The study's results contributed to parents choosing the proper parenting and environment to shape the Buddhist character of their students. Instructional implications and research suggestions are given based on the research results.... Regarding moral degradation, Hidayati et al.2014 stated that there are variations of students" negative behavior that appear in school like cheating during the test, quarreling, consuming drugs, alcohol, and promiscuity. In addition, Hartini 2017 also mentions some related problems which usually happen such as talking inappropriate or rude speech, disobeying the law in school, being truant not being disciplined, being involved in a motorcycle gang, smoking, and losing manners in interacting with others. It was also found that most of the young teenagers nowadays tend to be rude, disrespectful, and lost their moral path. ... JuniariNi Nyoman DewiThis study was intended to investigate the implementation of blended character education program at North Bali Bilingual School NBBS Singaraja, the teachers’ perception toward its implementation. The character education program in this study were focused on the five-character values of priority in the character education reinforcement program stated in the curriculum 2013. This study employed embedded mixed method design. The subjects of the study were a headmaster and two English teachers of NBBS. The data were collected through document study, interviews, and questionnaires. Qualitative and quantitative approaches were used to analyze the data. As the result, the study revealed that the character education at NBBS Singaraja was implemented effectively through various programs/activities such as a praying activity and celebrating holy days were practiced to instill the character of religious. b house reading, project-based activity, and online-based learning were practiced to build the character of integrity c The character of self-directedness was implemented through weekly package tasks. d Other programs were also implemented to instill the character of nationalists such as flag ceremony and poster making, while e Earth day, children’s book week, and performing arts day were the activities of implementing the character of collaboration. Teachers’ perception towards character education implementation was positive. The English teachers had no disturbing challenges during the implementation of character education program. They found some challenges but they could handle it with patience, consistent supervision, guidance and repetition. They also believed that the programs were worth to be implemented since the they were useful for building and fostering students’ character and behavior, student’s English literacy and their academic development.... Hal ini dikarenakan karakter disiplin mampu mendorong tumbuhnya karater baik lainnya seperti tanggung jawab,kejujuran, dan kerjasama Wuryandani, Maftuh, & Budimansyah, 2014. Untuk mencapainya sinergi antara orang tua, guru, dan sekolah mutlak diperlukan dalam rangka memperkokoh pondasi pendidikan karakter yang diterapkan Hartini, 2018. ...Pendahuluan Karakter manusia merupakan harta paling berharga, karakter menjadikan manusia menjadi makhluk yang seutuhnya. Karakter mempengaruhi cara berpikir, sudut pandang dan tingkah laku seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan. Karakter layak menjadi buah bibir keberadaan seseorang di dalam suatu lingkungan. Ketika karakter seseorang baik maka sudah menjadi keniscayaan bahwa dia akan selalu dihormati, dihargai, dan dijadikan tauladan. Persoalan karakter ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pembentukan karakter pada siswa yang bersekolah di sekolah berasrama. Karakter menentukan individu dalam bersikap ketika menghadapi konflik. Manifestasi karakter yang paling fundamental muncul bila seseorang dihadapkan pada permasalahan yang cenderung merugikan mereka. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menemukan potensi baik dan mengembangkannya agar menjadi karakter dalam diri siswa. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survei dilakukan untuk memetakan sejumlah 156 siswa di SMK Al Munawwariyyah. Hasil survei menunjukkan bahwa Sebagian besar siswa memiliki karakter pantang menyerah lapang dada inovatif disiplin bertekad kuad demokratis peduli tanggungjawab dan bersahabat 85,9%. Sebagai upaya dalam pembentukan karakter sekolah perlu meningkatkan program ekstrakurikuler untuk mengasah karakter siswa agar semakin baik saat terjun dalam masyarakat. ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the character building of students who attend boarding schools. Character determines the individual's attitude when facing conflict. The most fundamental manifestation of character appears when a person is faced with problems that tend to harm them. School as an educational institution has an important role in finding good potential and developing it so that it becomes a character in students. This research is a survey research with a quantitative approach. The survey research was conducted to map a number of 156 students at SMK Al Munawwariyyah. The survey results showed that most of the students had an unyielding character of roomy innovative discipline determined to quadruple democratic caring responsibility and friendly As an effort in shaping school character, it is necessary to improve extracurricular programs to hone student character so that it is better when they are involved in society.... Discipline character not only can be seen from comprehension and knowledge about rules but also can be seen from an individual action which is not contradicted to the regulation and rules [6]. The principal commitment including leadership style influences students character building [7]. ...Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang strategi, hambatan, dan solusi guru PPKn dalam pembentukan karakter disiplin peserta didik melalui pembelajaran daring di SMA Negeri 16 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori pendidikan karakter dari Thomas Lickona. Fokus penulisan ini pada strategi guru PPKn dalam pembentukan karakter disiplin melalui pembelajaran daring, mengetahui hambatan dari pelaksanakan strategi dalam membentuk karakter disiplin beserta solusinya. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Observasi digunakan sebagai studi awal, wawancara terstruktur dilakukan untuk menggali informasi terkait strategi yang digunakan guru PPKn dalam membentuk karakter peserta didik melalui pembelajaran daring, dan dokumentasi terkait proses pembelajaran secara daring. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa strategi yang dilakukan oleh guru PPKn dalam membentuk karakter disiplin peserta didik melalui pembelajaran daring, yang pertama yaitu, membuat kontrak belajar antara guru PPKn dan peserta didik, memberikan pengetahuan, bercerita, memberi tauladan, memberi tugas, dan memberi penilaian pada peserta didik. Dalam pelaksanaan strategi tersebut, hambatan yang dialami guru PPKn dalam membentuk karakter disiplin melalui pembelajaran daring yaitu dalam hal sarana prasarana, dan faktor sosial ekonomi peserta untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu pihak sekolah memberikan fasilitas komputer dan wifi yang ada di sekolah yang dapat digunakan oleh peserta didik. Peserta didik yang memiliki kendala diperbolehkan untuk datang ke sekolah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kata Kunci strategi, karakter disiplin, pembelajaran daring. Abstract This study aims to describe the strategies, obstacles, and solutions of Civics teachers in shaping the disciplined character of students through online learning at SMA Negeri 16 Surabaya. This study uses a qualitative approach with a descriptive method. This study uses the theory of character education from Thomas Lickona. The focus of this paper is on the strategies of Civics teachers in shaping the character of discipline through online learning, knowing the obstacles to implementing strategies in shaping the character of discipline and their solutions. Data collection techniques using observation, structured interviews, and documentation. Observations were used as a preliminary study, structured interviews were conducted to explore information related to the strategies used by Civics teachers in shaping the character of students through online learning, and documentation related to the online learning process. The results of the study indicate that there are several strategies undertaken by Civics teachers in shaping the disciplined character of students through online learning, the first is, making learning contracts between Civics teachers and students, providing knowledge, telling stories, giving examples, giving assignments, and giving assessment of students. In implementing this strategy, the obstacles experienced by PPKn teachers in shaping the character of discipline through online learning are in terms of infrastructure, and socio-economic factors of students. The solution to overcome these obstacles is that the school provides computer and wifi facilities in schools that can be used. by students. Students who have problems are allowed to come to school while still implementing health protocols. Keywords strategy, discipline character, online Ahnaf SujanaRahmanu WijayaPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1 strategi penanaman karakter disiplin melalui penegakan tata tertib di SMKN 5 Surabaya, dan 2 strategi penanaman karakter disiplin melalui pembelajaran PPKn di SMKN 5 Surabaya. Dalam penelitian ini, penelitian ini mengadopsi teknik kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada filosofi pendidikan karakter Thomas Lickona. Penelitian ini berfokus pada penanaman karakter disiplin di SMKN 5 Surabaya melalui penegakan tata tertib dan pembelajaran PPKn. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap pertama adalah observasi, wawancara dilakukan untuk menggali informasi terkait strategi penanaman karakter disiplin melalui penegakkan tata tertib dan pembelajaran PPKn dan dokumentasi terkait proses penegakkan tata tertib dan pembelajaran PPKn. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa strategi yang digunakan dalam membangun karakter disiplin pada siswanya. Dalam hal penegakan tata tertib yaitu melakukan sosialisasi tentang aturan, sekolah memberikan pernyataan yang menyatakan bahwa orang tua dan siswa menyetujui aturan yang terdapat di sekolah, bekerja sama dengan semua warga sekolah dalam menegakkan aturan, memberikan sanksi bersifat mendidik, mengupayakan akar masalahnya jika ada siswa yang sering melanggar aturan dan mencari jalan keluarnya. Kemudian dalam hal pembelajaran PPKn, guru membuat kontrak pembelajaran, memberikan pengetahuan tentang pentingnya disiplin, bercerita pada siswa tentang sejarah perjuangan, memberikan tauladan, melakukan penilaian dan evaluasi. Kata Kunci strategi, karakter disiplin, tata tertib sekolah, Kuantitatif Unit Penerbit Dan PercetakanMudrajat KuncoroKuncoro, Mudrajat. 2004. Metode Kuantitatif Unit Penerbit Dan Percetakan. Yogyakarata AMP Matters Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas Dan Kebajikan Penting Lainnya TerjemahanThomas LickonaLickona, Thomas. 2012. Character Matters Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas Dan Kebajikan Penting Lainnya Terjemahan. Jakarta Bumi Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, Filsafat Pendidikan IslamMaragustamMaragustam. 2010. Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta Penerbit Nuha Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta Rajawali PersMohammad MustariMustari, Mohammad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta Rajawali Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama dan PKn DI Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama didaerah Istimewa Yogyakarta MakalahMurdiono MarzukiDan SamsuriMarzuki, Murdiono, dan Samsuri. Pembinaan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama dan PKn DI Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama didaerah Istimewa Yogyakarta Makalah, tidak Mental Dalam PendidikanMulyasaMulyasa. 2015. Revolusi Mental Dalam Pendidikan. Bandung Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global. Yogyakarta Penerbit Kurnia Kalam SemestaMaragustamMaragustam. 2016. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global. Yogyakarta Penerbit Kurnia Kalam Penelitian Kualitatif. Yogyakarta RakesarasinNoeng MuhadjirMuhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta Rakesarasin.

biasa identik dengan geng motor dan pemalakan